Tuesday, January 30, 2018

Legenda Moa


Moa adalah burung endemik dari Selandia Baru yang tidak dapat terbang dan telah dianggap punah oleh penduduk asli. Meski telah punah, penampakannya beberapa kali terjadi, walaupun mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Moa adalah salah satu spesies burung berukuran sangat besar, yang terbesar adalah moa raksasa, Dinornis robustus dan Dinornis novaezelandie, dapat mencapai tinggi 3,6 meter dan berat 250kg.

Moa memiliki leher panjang serta kaki bersisik panjang dengan tubuh dipenuhi rambut pendek atau bulu yang menyerupai bulu kiwi.

Moa adalah burung yang tidak dapat terbang, dan juga tidak memiliki sayap.

Moa

Moa diketahui sebagai hewan herbivora yang tenang, namun akan menjadi lincah atau agresif ketika bertemu dengan manusia.

Kepunahan moa diakibatkan oleh perburuan dan pembersihan hutan oleh suku Māori. Semua spesies moa diperkirakan mati pada tahun 1500.

Moa diburu oleh elang Haast (elang terbesar di dunia yang juga telah punah)

Sejak akhir abad ke-19 menuju tahun 1993, dan tahun 2008, telah beberapa kali muncul sebuah spekulasi yang menyatakan bahwa moa masih bertahan hidup, terutama di hutan belantara dan gurun daerah Westland selatan dan Fiordland.

Penemuan takahē pada tahun 1948 setelah tidak terlihat sejak tahun 1898, menunjukkan bahwa burung langka bisa tetap hidup walaupun tidak menampakkan diri dalam waktu lama.

Burung ini berhasil ditemukan setelah identifikasi berdasarkan jejak kakinya.

Takahē

Ketika orang-orang pertama kali tiba di Selandia Baru, mereka menemukan burung raksasa tak bersayap yang dikenal sebagai moa (Dinornithidae).

Burung-burung ini sangat berbeda dengan kerabat dekat mereka seperti tinamus, kasuari, emu, dan burung unta, yang memiliki sayap, sedangkan burung moa telah benar-benar kehilangan tulang sayap mereka.


Spesies moa terbesar dapat mencapai ukuran hingga 4 meter, lebih besar dibandingkan dengan burung lainnya di pulau tersebut.


Kemudian pada tahun 1840an, pelukis burung Australia, John Gould, melaporkan telah melihat apa yang ia deskripsikan sebagai "kiwi raksasa" setinggi satu meter dengan kaki bertaji di Pulau selatan Selandia Baru.


Kaki bertaji yang dilihat Gould cocok dengan salah satu fosil jejak kaki moa yang ditemukan di Pulau Utara.

Pada 1978, tim peneliti Jepang menginvestigasi Pulau Selatan untuk melihat apakah moa masih hidup di area tersebut.

Pada akhirnya mereka tidak memperoleh bukti yang mendukung keberadaan moa, dan menduga bahwa orang-orang yang mengaku telah melihat moa, melebih-lebihkan cerita yang mereka punya, atau mungkin mereka telah melihat burung besar seperti kasuari atau emu.

Kasuari

Emu

Jejak kaki moa ditemukan pada suatu waktu, dan Rex Gilroy menemukan sebuah area yang penuh dengan jejaknya. Gilroy percaya bahwa sekelompok kecil moa telah berhasil bertahan hidup di daerah tersebut.



Pemburu Māori berburu moa sampai akhir tahun 1770an.

Beberapa pelancong juga terkadang dihadang oleh moa di pegunungan.


Para penangkap ikan paus melaporkan telah melihat burung-burung mengerikan di pantai.

Pada tahun 1820an, seorang pria bernama George Pauley membuat klaim tidak diverifikasi yang mengaku telah melihat moa di wilayah Otago New Zealand.

Pada tahun 1844an, seekor emu besar seberat 227kg rupanya terjebak oleh para penangkap ikan paus. Sang kapten mengirimkan hewan itu ke Museum Sejarah Alam London, namun hewan besar itu tidak pernah sampai tujuan.

Sekitar tahun 1850, sebuah ekspedisi di bawah kepemimpinan Letnan A. Impey melaporkan dua burung mirip emu di lereng bukit Pulau Selatan.

Seekor moa dilaporkan berhasil ditangkap oleh pemburu anjing laut pada tahun 1850.

Pada 1860, seorang gembala bernama James Cameron, mengklaim telah melihat burung raksasa muncul dari semak-semak lalu bergerak melintasi sungai.

Pada 1861, muncul kisah dari Nelson yang memeriksa jejak kaki tiga jari sepanjang 36 cm yang ditemukan di antara Takaka dan Riwaka.

Sekitar tahun 1868 atau 1867, sebuah kelompok kecil penduduk pribumi dilaporkan telah membunuh seekor moa kecil.

Pada 1878, seorang petani dan gembalanya melaporkan telah melihat moa.

Pada 1959, seorang perempuan berumur 80 tahun bernama Alice McKenzie, mengklaim telah moa pada tahun 1887 di Fiordland dan kembali melihat burung besar itu ketika dia berusia 17 tahun di pantai Fiordland.

Ketika kecil, McKenzie melihat dan menghampiri burung itu. Pada awalnya semua baik-baik saja, namun saat dia mencoba mengikatnya, burung itu langsung mengejarnya.

Dia juga mengklaim bahwa kakak dan ayahnya pernah melihat moa pada beberapa kesempatan.

McKenzie percaya bahwa moa adalah makhluk nokturnal, sebagaimana mereka selalu menemukan jejak moa di pagi hari. Dia juga berspekulasi bahwa moa hidup di dekat rawa.


Banyak orang di sekitar teluk Martin telah melihat jejak moa yang tercetak di pasir.


Jejak itu terus berlanjut dan terlihat setidaknya selama 10 tahun.

Jejak kaki yang ditemukan di tahun 1911

Penampakan terbaru moa terjadi pada 20 Januari 1993 di area Craigieburn New Zealand, saat pemilik hotel, Paddy Freaney (mantan instruktur armada elit Inggris Special Air Services), dan rekan-rekannya, Sam Waby dan Rochelle Rafferly, melihat dan memotret apa yang mereka yakini sebagai moa setinggi 6 kaki (1,8 meter).

Ketiga pria itu sedang hiking saat mereka menemukan seekor burung besar. Freaney kemudian menyatakan bahwa begitu dia melihat makhluk itu, dia tahu bahwa itu adalah moa.


Mereka mengklaim bahwa makhluk yang mereka lihat berdiri sekitar 3 kaki dari tanah, memiliki leher tipis sepanjang 3 kaki, dan berakhir dengan kepala kecil berparuh.

Burung itu memiliki bulu coklat kemerahan dan abu-abu yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kaki di bawah lututnya.

Freaney, yang juga seorang ahli bertahan hidup bersama SAS, mengejar dan berhasil memotret moa sejauh hampir 35 meter. Dia juga memotret dari apa yang diduga sebagai jejak kaki burung itu yang berada di atas batu, dan jejak serupa di tepi sungai.

Hasil gambar miliknya memperlihatkan seekor burung berukuran besar berwarna coklat kemerahan, berleher tegak dan tinggi, kepalanya mungkin melihat ke arah kamera, dan kaki burung tersebut terhalang oleh formasi bebatuan sekitar.


Foto tersebut diberikan ke sebuah kelompok pengolahan gambar di University of Canterbury’s electrical dan electronic engineering department untuk diperiksa.

Setelah mempelajari foto buram itu selama tiga hari, juru bicara kelompok tersebut, Kevin Taylor, mengumumkan bahwa hasil analisis foto sejauh ini, dan berdasarkan pendapat kelompoknya, objek yang ada pada foto itu tampaknya merupakan seekor burung berukuran besar.

Beberapa minggu setelah penampakan yang dialami Freaney, cuaca buruk di negara bagian itu berhasil menghilangkan bukti pertemuan moa, terutama bukti jejak yang berada di tepi sungai.

Pada tahun yang sama, dua pendaki Jerman di Selandia Baru mencatat penampakan moa dalam buku catatan hiking outpost.


Cryptozoologist Jerman, Ulrich Magin mengkonfirmasi bahwa keduanya memang berada di Selandia Baru pada saat penampakan dilaporkan.

Kaki moa raksasa yang terawetkan

Bagaimanapun, masih terdapat perdebatan mengenai apakah beberapa spesies moa kecil masih bertahan sampai sekarang, atau mungkin telah benar-benar punah sejak terakhir kali menampakkan diri.

(Sumber : Wikipedia, cryptidz.wikia)

No comments:

Post a Comment