Tuesday, February 13, 2018

Legenda Megalodon


Megalodon (Carcharocles megalodon) adalah spesies ikan hiu purba raksasa yang hidup sekitar 23 sampai 2,6 juta tahun yang lalu, selama masa Miosen awal sampai Pliosen akhir.

Para ilmuwan menyarankan bahwa megalodon tampak seperti hiu putih besar, namun hiu itu juga mungkin terlihat mirip dengan hiu penjemur (Cetorhinus maximus) atau hiu macan pasir (Carcharias taurus).

Megalodon dianggap sebagai salah satu ikan terbesar dan terkuat yang pernah ada.

Sisa-sisa fosil megalodon menunjukkan bahwa ukuran hiu raksasa itu mencapai panjang 15 sampai 20 meter, dengan berat antara 80 sampai 100 ton.

Perbandingan ukuran megalodon (abu-abu), hiu putih besar (putih), dan manusia

Rahang besar mereka bisa mengerahkan kekuatan gigitan hingga 110.000 sampai 182.000 newton, dan gigi mereka yang tebal serta kuat digunakan untuk meraih dan mematahkan tulang mangsanya.


Megalodon mungkin memangsa binatang laut besar seperti paus, anjing laut, dan kura-kura raksasa.

Berbeda dengan hiu putih besar yang menyerang mangsa dari sisi bawah, megalodon mungkin menggunakan rahang kuatnya untuk menerobos rongga dada, lalu menusuk jantung dan paru-paru mangsanya.


Megalodon bersaing dengan livyatan dan paus pembunuh kuno, yang kemungkinan menjadi penyebab kepunahan megalodon.

Livyatan (Livyatan melvillei)

Paus pembunuh kuno (Orcinus citoniensis)

Menurut kisah Rennaissance, fosil gigi segitiga berukuran raksasa yang sering ditemukan tertanam dalam formasi berbatu, pernah dipercaya sebagai lidah yang telah membatu, atau fosil gigi terisolasi dari naga atau ular.

Penafsiran ini diperbaiki pada tahun 1667 oleh naturalis Denmark, Nicolas Steno, yang mengenalinya sebagai gigi ikan hiu.

Dia menggambarkan temuannya dalam buku The Head of a Shark Dissected, yang juga berisi ilustrasi gigi megalodon.


Ahli naturalis Swiss, Louis Agassiz, awalnya memberi hiu ini nama ilmiah Carcharodon megalodon, pada karyanya berjudul Recherches sur les poissons fossiles tahun 1843, berdasarkan sisa-sisa temuan gigi.

Bagaimanapun, dalam makalahnya pada tahun 1837, ahli paleontologi Inggris, Edward Charlesworth menggunakan nama Carcharias megalodon, mengutip Agassiz sebagai penulisnya, yang menunjukkan bahwa Aggasiz menggambarkan spesies tersebut sebelum tahun 1843.

Pada tahun 1928, ahli paleontologi Inggris, Charles Davies Sherborn, mencantumkan rangkaian artikel 1835 oleh Agassiz sebagai deskripsi ilmiah pertama mengenai hiu tersebut.

Nama megalodon jika diterjemahkan berarti "gigi besar", diambil dari bahasa Yunani kuno, (megas) berarti 'besar, kuat' dan (odoús) berarti 'gigi'.

Gigi megalodon secara morfologis mirip dengan gigi hiu putih besar (Carcharodon carcharias), dan berdasarkan pengamatan ini, Aggasiz menempatkan megalodon ke dalam genus Carcharodon.

Meskipun megalodon adalah nama informal (tidak resmi) untuk hiu, mereka juga sering dijuluki sebagai "giant white shark", "megatooth shark", "big tooth shark", atau "Meg".

Perbedaan gigi megalodon dengan gigi hiu putih besar

Sekarang, megalodon dianggap sebagai anggota keluarga Otodontidae (genus Carcharocles), bertentangan dengan klasifikasi sebelumnya yaitu anggota keluarga Lamnidae (genus Carcharodon).

Klasifikasi megalodon ke dalam Carcharodon disebabkan oleh kesamaan giginya dengan hiu putih besar, namun kebanyakan penulis percaya bahwa hal ini disebabkan oleh evolusi konvergen (proses organisme yang berbeda spesies, tidak berbagi nenek moyang yang sama, namun mengalami evolusi serupa sebagai hasil adaptasi dengan lingkungan).

Satu penafsiran tentang bagaimana megalodon muncul adalah bahwa itu adalah hiu yang kuat dan mungkin memiliki tubuh seperti hiu putih besar.

Rahangnya mungkin lebih tumpul dan lebih lebar daripada hiu putih besar, bentuk siripnya mungkin serupa, meski akan tampak lebih tebal karena ukurannya yang besar.

Megalodon mungkin memiliki penampilan bermata babi, karena matanya yang dalam dan kecil.


Penafsiran lainnya adalah bahwa megalodon memiliki kesamaan dengan hiu paus (Rhincodon typus) atau hiu penjemur (Cetorhinus maximus).

Sirip ekor berbentuk bulan sabit, sirip anal dan sirip punggung kedua menjadi kecil, dan terdapat ekor tajam di kedua sisi sirip ekor (di pangkal ekor).

Hiu paus (Rhincodon typus)

Hiu penjemur (Cetorhinus maximus)

Penampilan tubuh ini biasa terjadi pada binatang air besar seperti ikan paus, tuna, dan ikan hiu lainnya, untuk mengurangi hambatan saat berenang.

Karena Carcharocles berasal dari Otodus, dan keduanya memiliki gigi yang memiliki kesamaan yang dekat dengan hiu harimau pasir (Carcharias taurus), megalodon mungkin memiliki tubuh yang lebih mirip dengan hiu harimau pasir daripada hiu lainnya.

Hiu macan pasir (Carcharias taurus)

Namun, hal ini tidak mungkin terjadi karena hiu macan pasir adalah perenang carangiform, yang membutuhkan pergerakan ekor yang lebih cepat sebagai penggerak melalui air daripada hiu putih besar, yang merupakan perenang thunniform (perenang jarak jauh berkecepatan tinggi).

Hiu putih besar adalah dasar dari rekonstruksi dan perkiraan ukuran megalodon, karena hiu tersebut dianggap sebagai analog terbaik untuk megalodon.

Hiu putih besar (Carcharodon carcharias)

Berbagai perkiraan ukuran megalodon telah beberapa kali diajukan.

Pada tahun 1973, ahli ichthyologi (ikan) Hawaii, John E. Randall memperkirakan bahwa panjang maksimum yang dapat dicapai megalodon sekitar 13 meter.

Pada tahun 1990-an, ahli biologi kelautan, Patrick J. Schembri dan Stephen Papson berpendapat bahwa megalodon mungkin telah mendekati panjang total maksimum sekitar 24 sampai 25 meter.

Gottfried dan rekannya menegaskan bahwa megalodon dapat mencapai panjang maksimum 20,3 meter.

Saat ini, panjang total maksimum megalodon yang diketahui adalah berukuran 18 meter, dengan ukuran rata-rata 10,5 meter (ukuran maksimum hiu putih besar yang tercatat adalah 6,1 meter).

Ada kemungkinan bahwa populasi megalodon yang berbeda di seluruh dunia memiliki ukuran dan perilaku yang berbeda juga karena perbedaan tekanan ekologis.

Jika mencapai ukuran lebih dari 16 meter, hal itu akan menjadikannya sebagai ikan terbesar yang pernah ada, melebihi ikan Jurrasic raksasa, Leedsichthys.

Perbandingan ukuran Leedsichthys dengan manusia

Megalodon jantan dewasa mungkin memiliki massa tubuh sekitar 12.000 sampai 33.000 kg, dan betina dewasanya mungkin 27.000 sampai 59.000 kg, dengan catatan ukuran jantan berkisar 10,5 sampai 14,3 meter dan betina sekitar 13,3 sampai 17 meter.

Sebuah studi tahun 2015 memperkirakan bahwa megalodon biasanya berenang dengan kecepatan 18 kilometer per jam.

Ukurannya yang sangat besar mungkin disebabkan oleh faktor iklim dan melimpahnya mangsa besar, dan mungkin juga dipengaruhi oleh evolusi mesoderm, yang meningkatkan laju metabolisme dan kecepatan berenangnya.

Karena hiu otodontid dianggap sebagai hewan ectotherm, dan megalodon adalah kerabat dekat mereka, megalodon juga mungkin termasuk hewan ectotherm (hewan berdarah dingin yang mengatur suhu tubuhnya dengan bertukar panas dengan lingkungannya).

Gordon Hubbell dari Gainesville, Florida, memiliki gigi megalodon anterior atas yang tinggi maksimumnya 7,25 cm, salah satu spesimen gigi terbesar yang diketahui dari ikan hiu.

Sebagai tambahan, rekostruksi rahang megalodon sebesar 2,7 - 3,4 meter dikembangkan oleh pemburu fosil bernama Vito Bertucci, yang berisi gigi dengan tinggi maksimumnya dilaporkan lebih dari 18 cm.

Rekonstruksi rahang megalodon oleh Vito Bertucci

Upaya pertama untuk merekonstruksi rahang megalodon dibuat oleh Bashford Dean pada tahun 1909, yang kemudian dipajang di American Museum of Natural History.

Berdasarkan rekonstruksi tersebut, panjang megalodon diperkirakan dapat mencapai 30 meter. Namun, Dean telah melebih-lebihkan ukuran tulang rawan pada kedua rahang, menyebabkan ukurannya menjadi terlalu tinggi.

Rekonstruksi rahang megalodon oleh Bashford Dean pada tahun 1909

Peneliti hiu, Michael D. Gottfried, Leonard Compagno, dan S. Curtis Bowman, mengusulkan hubungan linear antara panjang total ikan hiu dan tinggi gigi anterior atas terbesar.

Mereka memperkirakan tinggi rata-rata, berdasarkan tinggi kemiringan gigi yang telah ditemukan, untuk megalodon betina menjadi berukuran 15,6 meter, meskipun gigi yang lebih besar mungkin ada.

Perbandingan rahang megalodon dengan seekor hiu putih besar

Fosil megalodon yang paling umum adalah giginya.

Karakteristik diagnostik gigi itu meliputi bentuk segitiga, berstruktur kuat, berukuran besar, serapan halus, kurangnya dentikel lateral, dan leher berbentuk V yang dapat terlihat (di mana akar memenuhi mahkota gigi).

Gigi itu dilapisi oleh serat jaringan ikat dan kekasaran pada alasnya, yang mungkin telah menambah kekuatan mekaniknya.


Gigi megalodon dapat berukuran lebih dari 18 cm terbesar dari semua spesies hiu yang telah diketahui. Gigi itu juga bergerigi yang akan meningkatkan efisiensi dalam memotong daging atau tulang.

Pada tahun 1989, gigi megalodon yang hampir lengkap ditemukan di Saitama, Jepang.

Gigi megalodon lain yang hampir lengkap digali dari Yorktown Formation di Amerika Serikat, dan dijadikan sebagai dasar konstruksi megalodon di National Museum of Natural History (USNM).

Ada kemungkinan bahwa beberapa megalodon besar memiliki rahang berukuran kira-kira 2 meter.

Seperti yang terjadi pada semua hiu, kerangka megalodon terbentuk dari tulang rawan, akibatnya sebagian besar spesimen fosil menjadi kurang terpelihara.

Sisa-sisa coprolite (potongan fosil kotoran) megalodon berbentuk spiral, menunjukkan bahwa hiu itu mungkin memiliki katup spiral yang serupa dengan hiu lamniform (hiu putih besar) yang masih ada.

Sisa-sisa coprolite Miosen ditemukan di Beaufort County, California Utara, dengan ukuran 14 cm.

Megalodon memiliki wilayah penyebaran yang tersebar di seluruh dunia.

Fosilnya telah digali dari berbagai belahan dunia, termasuk Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia.

Megalodon menghuni berbagai lingkungan laut (seperti perairan pantai dangkal, daerah pesisir, pesisir laguna, daerah pantai berpasir, dan lingkungan perairan dalam lepas pantai), serta menunjukkan gaya hidup sementara.

Megalodon mungkin telah bergerak di antara perairan pesisir dan samudra, terutama dalam berbagai tahap siklus hidupnya.

Gigi megalodon telah digali di daerah yang jauh dari daratan kontinental, seperti Palung Mariana di Samudera Pasifik.

Ikan hiu pada umumnya adalah spesies yang akan memakan makanan apapun yang tersedia, namun para ilmuwan mengusulkan bahwa megalodon sebagian besar adalah pemangsa.

Ukurannya yang besar, kemampuan berenang bercepatan tinggi, serta rahang yang kuat, ditambah dengan pelengkapan makan yang hebat, menjadikan megalodon sebagai predator puncak yang mampu mengonsumsi binatang dengan jangkauan yang luas.

Sebuah studi yang berfokus pada isotop kalsium hiu elasmobranch yang telah punah dan yang masih ada, mengungkapkan bahwa megalodon berada di tingkat trofik yang lebih tinggi daripada hiu putih besar (yang hidup sezaman), itu artinya mereka lebih tinggi dari rantai makanan.

Bukti fosil menunjukkan bahwa megalodon memangsa banyak spesies cetacea, seperti lumba-lumba, paus kecil, cetotheriidae (famili paus balin), squalodontidae, paus sperma, paus kepala busur, dan rorqual.


Selain itu, mereka juga memangsa anjing laut, sirenia (mamalia air besar), kura-kura laut besar, ikan yang lebih kecil dan ikan hiu lainnya.


Banyak tulang ikan paus telah ditemukan dengan bekas luka sangat dalam yang diakibatkan oleh gigi mereka.

Berbagai penggalian telah mengungkapkan bahwa gigi megalodon berada dekat dengan sisa-sisa ikan paus.

Dalam persaingan makanan, megalodon mungkin berhadapan dengan paus sperma besar seperti Livyatan melvillei.

Megalodon menghadapi lingkungan yang sangat kompetitif. Namun, posisinya di puncak rantai makanan, mungkin memiliki dampak besar terhadap susunan komunitas makhluk laut.

Bukti fosil menunjukkan adanya korelasi antara megalodon dengan kemunculan dan perbedaan cetacea (paus, lumba-lumba dan pesut), dan mamalia laut lainnya.

Megalodon muda lebih memilih habitat di mana cetacea kecil melimpah, sedangkan megalodon dewasa memilih habitat dengan cetacea besar yang melimpah.

Keberadaan megalodon sezaman dengan odontocetes pemakan paus (khususnya paus sperma dan paus bergigi, squalodontidae), yang mungkin juga merupakan predator puncak di era tersebut, sekaligus sebagai pesaingnya.

Megalodon juga mungkin memiliki kecenderungan kanibalisme, seperti hiu modern.

Bekas gigitan megalodon pada fosil paus menunjukkan bahwa mereka menggunakan strategi berburu yang berbeda dengan hiu putih besar ketika melawan mangsa berukuran besar.

Tidak seperti hiu putih besar yang menargetkan perut mangsanya, megalodon mungkin menargetkan jantung dan paru-paru dengan gigi tebal yang berfungsi untuk menggigit tulang yang keras, seperti yang ditunjukkan oleh bekas gigitan yang ditimbulkan pada tulang rusuk dan tulang keras sisa-sisa ikan paus.


Fosil sisa beberapa cetacea kecil (paus, lumba-lumba dan pesut) seperti cetotheres, menunjukkan bahwa mereka ditabrak dengan kekuatan besar dari bawah sebelum dibunuh dan dimakan oleh megalodon.

Banyak fosil tulang sirip (segmen sirip dada) dan tulang ekor paus besar dari Pliosen telah ditemukan dengan bekas gigitan megalodon, yang menunjukkan bahwa megalodon akan melumpuhkan paus besar dengan merobek atau menggigit siripnya sebelum membunuh dan memakannya.

Di bawah ini adalah foto gigi megalodon yang tersangkut di tulang belakang paus :



Bukti fosil menunjukkan bahwa tempat pengembangbiakan yang disukai megalodon adalah lingkungan perairan hangat, di mana terdapat makanan melimpah dan ringan terhadap ancaman.

Bayi megalodon paling kecil berukuran sekitar 3,5 meter, dan mereka sangat rentan terhadap spesies hiu lainnya, seperti hiu martil besar dan hiu snaggletooth.

Namun, kasus yang luar biasa dalam catatan fosil menunjukkan bahwa megalodon remaja terkadang menyerang paus balaenopteridae yang berukuran jauh lebih besar.

Tiga tanda gigi yang tampak berasal dari hiu Pliosen sepanjang 4 sampai 7 meter ditemukan di tulang rusuk paus bungkuk yang diduga telah ditimbulkan oleh megalodon remaja.

Kepunahan megalodon

Bumi mengalami sejumlah perubahan selama periode megalodon hidup, yang sekaligus mempengaruhi kehidupan yang ada di laut.

Peristiwa naik dan turunnya permukaan laut terbesar di era Cenozoik (terjadi di Plio-Pleistosen), sekitar 5 juta sampai 12 ribu tahun yang lalu, karena perluasan gletser di kutub, berdampak negatif pada lingkungan pesisir, dan mungkin telah menyebabkan kepunahan megalodon bersama dengan beberapa spesies megafauna laut lainnya.

Perubahan oseanografi ini, khususnya penurunan permukaan laut, mungkin telah membatasi banyak tempat pembibitan air dangkal yang sesuai untuk megalodon, sehingga menghambat proses reproduksi mereka.

Wilayah pembibitan sangat penting untuk kelangsungan hidup banyak spesies ikan hiu, karena tempat itu melindungi anak-anak mereka dari predasi (pemangsa).

Mamalia laut mencapai keanekaragaman terbesar mereka selama periode Miosen. Seperti paus balin dengan lebih dari 20 genus yang diketahui, sekarang hanya terdapat enam genus yang tersisa.

Namun, pada akhir Miosen, banyak spesies mysticete (paus sirip dan paus bungkuk) yang mengalami kepunahan.

Kepunahan megalodon berkolerasi dengan menurunnya banyak garis keturunan mysticete kecil, sebagaimana megalodon mungkin sangat bergantung pada sumber makanan tersebut.

Megalodon mungkin terlalu besar untuk mempertahankan dirinya pada sumber makanan laut yang menurun.

Pendinginan samudra selama Pliosen mungkin telah membatasi akses megalodon ke daerah kutub, sehingga merampas akses mereka menuju paus besar yang telah bermigrasi ke sana.

Persaingan dengan predator super baru, seperti paus sperma yang muncul di Miosen, dan paus pembunuh serta hiu putih besar di Pliosen, mungkin juga berkontribusi terhadap penurunan dan kepunahan megalodon.

Kepunahan megalodon membuat terjadinya perubahan tingkat lanjut di masyarakat laut.

Sejak megalodon menghilang, ukuran tubuh rata-rata paus balin meningkat secara signifikan, meskipun hal itu bisa juga diakibatkan oleh sebab lain yang berkaitan dengan iklim.

Megalodon mungkin punah bersama dengan spesies paus kecil, seperti Piscobalaena nana.

Kepunahan tersebut memiliki dampak positif terhadap predator puncak lainnya, seperti hiu putih besar, yang dalam beberapa kasus keberadaannya menyebar ke wilayah di mana tidak ada megalodon yang berkeliaran (karena sudah punah).

Model megalodon (Sharkzilla) berukuran 17 meter di Bakersfield's Shark

Dugaan megalodon yang masih bertahan hidup

Meski tidak ada bukti kuat yang mendukung keberadaaan megalodon yang masih hidup, terdapat dugaan penampakan megalodon yang terjadi di zaman modern.

Ada beberapa dugaan penampakan hiu berukuran besar yang konon disebut sebagai penampakan megalodon berukuran antara 10 sampai 90 meter yang terjadi di sepanjang tahun 1990-an.

Pada 1875, HMS Challenger membawa dua gigi megalodon saat eksplorasi laut dalam yang konon hanya berumur 10.000 sampai 14.000 tahun.

Penampakan megalodon lain yang tercatat didokumentasikan pada tahun 1918.

Seorang nelayan di lepas pantai Australia menolak untuk kembali ke laut setelah hiu besar menghancurkan peralatan dan mencuri perangkap ikan mereka.

Ketika ditanya lebih lanjut, mereka semua melaporkan hal yang serupa, hiu putih pucat sepanjang dermaga tempat mereka berdiri (115 kaki atau 35 meter).

Hiu besar itu membuat nelayan menjadi ketakutan sehingga mereka menolak untuk kembali bekerja.

Pendukung keberadaan megalodon di zaman modern berpendapat bahwa orang-orang ini adalah nelayan berpengalaman yang akan mengenali ikan paus jika mereka melihatnya.

Sekitar tahun 1960an, kapten dari kapal nelayan berukuran 26 meter melaporkan telah melihat hiu besar.

Seperti halnya nelayan yang berada di Australia, dia dan krunya sangat berpengalaman, jadi mereka pasti tahu apakah itu ikan paus atau bukan.

Kru kapal menolak untuk menceritakan apa yang mereka lihat kepada wartawan, namun sang kapten akhirnya menceritakan kisah tersebut beberapa tahun kemudian.

Foto di bawah ini kabarnya memperlihatkan hiu megalodon sedang berenang di samping kapal selam Nazi (U-Boat) :


Foto itu memperlihatkan sirip belakang dan sirip ekor hiu yang diduga megalodon, yang diperkirakan berukuran 64 kaki (19 meter), tengah berada di sebelah kapal U-Boat dalam warna coklat tua dengan cap tanda Nazi bertanggal Desember 1941.

Penulis, George Monbiot melihat adanya keanehan dan mempertanyaan foto tersebut, dan setelah melakukan penelusuran lebih lanjut, dia menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa foto tersebut bahkan tidak mendekati foto nyata.

Monbiot menemukan beberapa masalah seperti :

  • Nazi tidak memberi watermark (cap air) foto mereka dengan swastika (tanda Nazi).

  • Foto berwarna coklat tua termasuk foto lama dan biasa digunakan untuk foto keluarga, sebagai langkah pengolahan tambahan pada foto hitam putih agar terlihat lebih baik.

  • Ukuran 64 kaki (19 meter) dari sirip ke sirip akan membuat megalodon berukuran dua kali lebih panjang dari (megalodon) zaman prasejarah.

  • Di foto itu, sirip tidak menimbulkan gelombang atau ombak, mengingat ukuran dan kekuatan megalodon yang sangat mengesankan, seharusnya terdapat gelombang di sekitarnya, ini menunjukkan bahwa (sirip) itu hanya...diam di sana, di air.

Pada akhirnya, George Moboit menemukan sumber sekaligus foto aslinya yang berasal dari dokumen rekaman film U-Boat.


Foto tersebut diketahui diambil dari dokumentasi palsu tentang megalodon berjudul Megalodon : The Monster Shark Lives, yang bercerita tentang kemungkinan kelangsungan hidup hiu prasejarah.


Cerita dalam dokumentasi tersebut berkisah pada hilangnya kapal nelayan beserta semua krunya di lepas pantai Cape Town, Afrika Selatan, dan penyelidikan lebih lanjut menunjukkan adanya serangan dari anggota spesies hiu prasejarah yang telah punah, yaitu megalodon.

Foto dari Megalodon : The Monster Shark Lives ini memperlihatkan paus
dengan ekor yang telah digigit oleh megalodon. Foto ini kemungkinan dibuat
menggunakan CGI karena foto aslinya tidak pernah ada

Foto lain dari Discovery Channel Megalodon : The Monster Shark Lives

Acara tersebut mencangkup penyangkalan (disclaimer) bahwa "kejadian tertentu dan karakter dalam film ini telah didramatisasi".

Format dokumentasi tersebut adalah dokumenter yang memuat kisah dan akun profesional di berbagai bidang yang berkaitan dengan megalodon.

Format ini sama dengan dokumenter Discovery Channel lain tentang putri duyung yang berjudul Mermaids : The Body Found.

Meskipun terdapat penyangkalan, beberapa orang benar-benar percaya bahwa mereka menonton film dokumenter asli, sementara yang lain merasa kesal karena sebuah acara docufiction (dokumentasi-fiksi) disiarkan di Discovery Channel, saluran TV yang selama ini terkenal dengan program ilmu pengetahuan (sains) yang aktual dan dapat dipercaya.

Pendapat skeptis menganggap penampakan hiu yang diduga sebagai megalodon mungkin saja kasus kesalahan identifikasi dari hiu putih besar atau mungkin hiu paus yang merupakan spesies ikan terbesar di dunia.

Spesimen hiu paus terbesar yang pernah tercatat memiliki panjang mencapai 12,65 meter.

(Sumber : Wikipedia, cryptidz.wikia, Megalodon: The Monster Shark Lives)

6 comments: